Yang namanya mitos, tentu bukan
kebenaran. Celakanya, banyak yang mempercayai dan terjebak dalam
kesesatankarenanya. Salah satu mitos yang menyesatkan adalah mitos
tentang Matematika. Mitos ini memuat sebagian besar orang merasa alergi
terhadap Matematika. Akibatnya, mayoritas dari kita mendapat nilai buruk
untuk bidang studi ini. Nilai buruk tersebut bukan lantaran kita tidak
mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut
terhadap Matematika. Kenyataan ini menjadikan kita malas untuk
mempelajari Matematika. Di antara sekian banyak mitos di seputar
Matematika, setidaknya ada 5 mitos sesat yang sudah mengakar dan
menciptakan persepsi negatif terhadap Matematika.
1: Matematika adalah ilmu yang sulit
Ada anggapan, hanya orang dengan IQ tertentu yang mampu memahami
matematika. Ini jelas menyesatkan. Meskipun bukan ilmu yang mudah,
Matematika sebenarnya merupakan ilmu yang relatif tidak lebih sulit jika
dibandingkan dengan ilmu lainnya. Soal matematika terasa sulit karena
kita tidak memahami konsep dasarnya. Seperti yang kita ketahui,
Matematika merupakan ilmu yang terus berkisinambungan mulai dari TK
hingga SMA. Jika ada mata rantai yang putus, berarti ada konsep yang
hilang. Padahal konsep tersebut merupakan prasyarat untuk belajar
Matematika lebih lanjut. Sebagai contoh, untuk menganalisis dan
menghitung diperlukan pemahaman konsep bilangan dan ukuran. Pekerjaan
menganalisis dan menghitung menjadi hal yang lebih mudah dan
menyenangkan jika konsep yang mendasarinya dikuasai.
2: Matematika identik dengan menghafal banyak rumus
Mitos ini menjadikan kita malas mempelajari matematika dan akhirnya
tidak mengerti apa-apa tentang Matematika. Rumus Matematika tidak ada
gunanya tanpa pemahaman konsep. Rumus yang sudah dihafal tidak akan
bermanfaat ketika konsep belum dipahhami. Seseorang yang hafal rumus
tidak akan mampu menjawab sebuah soal apabila tidak mampu memodelkan
soal tersebut ke dalam rumus yang dihafalnya. Sesungguhnya, hanya
sedikit rumus Matematika yang perlu (tapi tidak harus) dihafal,
sedangkan sebagian besar rumus lain tidak perlu dihafal, melainkan cukup
dimengerti konsepnya. Salah satu contoh, jika kita mengerti konsep
anatomi bentuk irisan kerucut, maka lebih dari 90 persen rumus-rumus
irisan kerucut tidak perlu dihafal.
3: Matematika identik dengan kecepatan menghitung
Tidak dapat dipungkiri, menghitung merupakan bagian tak terpisahkan dai
Matematika. Namun demikian, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah
hal terpenting dalam Matematika. Yang terpenting adalah pemahaman
konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu melakukan penalaran
terhadap permasalahan untuk kemudian mengubahnya kedalam model
matematisasi
Jika permasalahan sudah tersaji dalam bentuk matematisasi, baru
kemampuan menghitung diperlukan. Itupun bukan sebagai sesuatu yang
mutlak karena saat ini telah banyak alat bantu menghitung seperti
kalkulator dan komputer. Jadi, mitos ini perlu diluruskan. Yang lebih
tepat, Matematika selalu berhubungan dengan pemahaman dan penalaran
4: Matematika itu abstrak, tidak realistis
Mitos ini benar-benar sesat. Fakta menunjukan bahwa Matematika sangat
realistis. Matematika merupakan bentuk analogi dari realita sehari-hari.
Contoh paling sederhana adalah solusi dari Leonhard Euler,
matematikawan Prancis, terhadap masalah Jembatan Konisberg (agan bisa
googling). Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi, dan
bahkan sosial, Matematika berperan secara signifikan. Smart Robot yang
mampu berpikir berisikan program yang didasarkan pada konsep Fuzzy
Matematika. Hitungan aerodinamis pesawat terbang juga dilandaskan pada
konsep Matematika, geometri, dan kalkulus. Hmapir semua teori ekonomi
dan perbankan modern diciptakan melalui Matematika.
5: Matematika adalah ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif
Anggapan ini jelas keliru. Meeskipun pemecahan masalah Matematika terasa
eksak, tidak berarti matematika kaku dan membosankan. Meskipun jawaban
yang benar dari masalah Matematika hanya (tunggal), cara atau metode
menyelesaikan masalah matematika sebenarnya sangat bermacam-macam.
Sebagai contoh, untuk membuktikan kebenaran teorema Pythagoras, dapat
menggunakan banyak cara. bahkan menurut pakar matematika, Bana G.
Kartasasmita, hingga saat ini sudah ada 17 cara untuk membuktikan
teorema Pythagoras. Matematika juga rekreatif dan menyenangkan. Albert
Einstein, menganggap Matematika sebagai senjata utamanya dalam
merumuskan konsep Relativitas. Einstein menyukai Matematika ketika
pamannya menjelaskan bahwa prosedur kerja Matematika mirip dengan cara
kerja detektif, cara kerja yang sangat disukainya sejak kecil. Kalau
kita mengetahui, cara kerja Matematika tak ubahnya seperti sebuah game
yang seru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ingin memasukkan emoticon pada komentar.
> Spasi dulu
> Klik emotnya
> Ctrl + C (copy)
> Crtl + V (paste) pada kolom komentar
> Spasi